Sanga-Sanga merupakan ibukota Kecamatan Sanga-Sanga, salah satu kecamatan yang terletak di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara dan berjarak sekitar 51 km dari ibukota Kabupaten Tenggarong. Selain dikenal sebagai kota penghasil minyak di daerah ini, Sanga-Sanga juga menyimpan sejarah perjuangan mempertahankan Merah Putih yang dikenal dengan Peristiwa Merah Putih 27 Januari.
Peristiwa heroik ini terjadi saat Kolonial Belanda ingin merebut kembali Sanga-Sanga paska kekalahan Jepang pada PD II. Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh para pejuang meski dengan persenjataan yang terbatas. Ketika Belanda akhirnya dapat menguasai kota Sanga-Sanga, para pejuang secara diam-diam tetap melakukan perlawanan.
Dibalik acara rakyat yang digelar pada suatu malam yang membuat Tentara Kolonial terlena, para pejuang justru bergerak membagikan berbagai persenjataan untuk mengadakan perlawanan dini harinya. Dengan penuh keberanian, seorang pejuang berhasil merobek warna biru bendera Kolonial dan membiarkan bendera Merah Putih berkibar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Januari. Meskipun tidak bertahan lama, pendudukukan kota Sanga-Sanga oleh para pejuang ini menggoreskan sejarah perjuangan memperhankan NKRI yang telah merdeka dari tangan penjajah.
Sampai dengan sekarang, peristiwa Merah Putih 27 Januari ini diperingati setiap tahun untuk mengenang perjuangan para pahlawan Sanga-Sanga. Rangkaian peringatan Peristiwa Merah Putih tersebut meliputi:
- Napak Tilas sejauh 10 km, menyusuri situs-situs sejarah perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari pendudukan kolonial
- Kegiatan keagamaan (tahlilan), untuk mendoakan para pejuang yang telah gugur membela Sanga-Sanga dari pendudukan Kolonial
- Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan 'Wadah Batuah' Sanga-Sanga
- Upacara Parade
- Ziarah ke TMP Wadah Batuah
- Ramah tamah dengan Veteran
- Pameran pembangunan dan kerakyatan
Perlawanan yang dilakukan para pejuang Sanga-Sanga kemudian dikenang melalui pembangunan tugu-tugu perjuangan yang menjadi titik-titik cerita sejarah melawan Kolonial Belanda.
1. Batu Pertama Wedana RIS di Sanga-Sanga
2. Tugu 'Kerukunan'
Di belakang tugu ini, dulunya ada kelenteng. Seorang tokoh keturunan Tionghoa, Lom bo ching, konon rajin mengumpulkan para tokoh agama/antar etnis untuk bermusyawarah di tempat ini..
Tugu ini menandai bahwa kerukunan antar etnis sudah terbangun sejak dulu di Sanga-Sanga.
3. Tugu 'Dapur Umum'
Di belakang tugu ini, saat perjuangan melawan kolonial yang ingin menguasai Sanga-Sanga yang memiliki sumber migas, terdapat dapur umum yang besar, yg didisiapkan untuk para pejuang Sanga-Sanga
4. Tugu 'H.Muthalib'
Di areal belakang tugu ini, dulu adalah semacam pondok pesantren dipimpin H. Muthalib. Disamping mengumpulkan pemuda untuk belajar agama, H. Muthalib bersama para pejuang Sanga-Sanga lainnya aktif melakukan perlawanan dengan kolonial Belanda. Diriwayatkan bahwa H. Muthalib rela berkorban, sebagai salah satu tokoh pejuang, agar kolonial Belanda tidak mengejar-ngejar para pejuang Sanga-Sanga lainnya.
5. Tugu 'Bakaran'
Seorang veteran yang juga salah satu pelaku sejarah perjuangan Sanga-Sanga menjelaskan bahwa di tempat ini sebelumnya merupakan Tempat pembuangan akhir. Tapi rupanya ini hanya kamuflase. Karena di tempat inilah para pejuang Sanga-Sanga dihabisi dengan cara ditembak dengan berbagai cara, kemudian dibakar!!! Sungguh sebuah kejahatan perang!!!
6. Tugu Pertahanan
Terdapat 8 Titik Pertahanan yang kesemuanya ditandai dengan sebuah tugu (titik tanda). Para peserta Napak Tilas yang terdiri dari pemuda, pelajar dan organisasi masyarakat selalu melewati tugu-tugu ini dalam Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga.
7. Penjara Sanga-Sanga
Penjara 6 pintu ini, masing-masing ruangannya berukuran sekitar 2 x 2,5 meter dan diisi dengan tahanan puluhan orang yang saling berhimpitan dengan jatah makan yang diberikan sangat terbatas.
8. Monumen Sanga-Sanga
Monumen Perjuangan ini memiliki history sendiri. Disinilah pertahanan pertama yang persis menghadap ke muara sungai melawan tentara kolonial Belanda yang datang dengan kapal-kapal perang dan ingin kembali menguasai Sanga-Sanga setelah sempat dikuasai pendudukan Jepang yang kemudian kalah dalam Perang Dunia II
Relief sejarah perjuangan ini menceritakan perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari Kolonial Belanda.
Relief tokoh pejuang yang mengenakan baju berwarna kuning (kiri tengah) digambarkan sebagai sosok H. Muthalib.
Relief pejuang yang terga...ntung di depan pintu adalah sosok pejuang perempuan Sanga-Sanga bernama Habibah. Diriwayatkan, bahwa Habibah dipaksa membuka mulut untuk memberikan informasi tentang keberadaan tokoh-tokoh pejuang Sanga-Sanga. Namun, dengan nasionalismenya, tokoh pejuang perempuan ini rela tangannya diikat dan digantung daripada memberikan informasi kepada kolonial belanda. Habibah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, dan berwasiat dimakamkan di lingkungan pemakanan keluarga. Nama Habibah diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Sanga-Sanga
Pada relief terdapat pejuang yang memanjat tiang bendera, menyobek warna biru dan mengibarkan kembali Merah Putih di tanah Sanga-Sanga
Selain tugu-tugu diatas yang merupakan titik tanda perjuangan Sanga-Sanga, riwayat perjuangan ini juga ditampilkan di Museum Perjuangan Sanga-Sanga yang diresmikan pada peringatan Peristiwa Merah Putih ke 60 tanggal 27 Januari 2007 oleh Gubernur Kalimantan Timur Yurnalis Ngayoh.
Musium ini diresmikan bertepatan dengan acara ramah tamah dengan para veteran. Didalamnya terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan para penjajah, beberapa peralatan perang yang digunakan, berbagai informasi tentang nama pejuang, gedung dan peralatan yang disita dari penjajah dan foto-foto para tokoh dan pejuang Sanga-Sanga.
Diorama ini menggambarkan, dimana HM Sabran (Ayah dari HM Ardan, mantan Gubernur Kaltim) memimpin rapat mengatur siasat dengan para pejuang. Satu-satunya pejuang wanita yang hadir dalam rapat tersebut adalah Habibah, seorang tokoh pejuang wanita Sanga-Sanga.
Bendera bersejarah ini diserahkan ahli waris La Hasan kepada Gubernur Kaltim pada acara ramah tamah dengan veteran pada Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga ke 60 tanggal 27 Januari 2007.
Saat ini, Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga belum masuk dalam sejarah nasional bangsa. Padahal peristiwa heroik ini merupakan salah satu perjuangan rakyat di daerah dalam menegakkan kembali NKRI dari tangan kolonial. Untuk itu, perlu dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak, agar peristiwa Merah Putih 27 Sanga-Sanga ini dapat menjadi bagian dari sejarah nasional bangsa, dan dikenal/diketahui oleh masyarakat lainnya khususnya di luar Kalimantan Timur.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusLa Hasan itu Kakek saya
BalasHapusSalam dari Cucunya => Jumadriansyah ola Ehen
anak dari Rosmini [anak pertama dari La Hasan dan Kapsah]
Diorama yang menggambarkan, dimana HM Sabran (Ayah dari HM Ardan, mantan Gubernur Kaltim) memimpin rapat mengatur siasat dengan para pejuang. Dan satu-satunya pejuang wanita yang hadir dalam rapat tersebut adalah Habibah, seorang tokoh pejuang wanita Sanga-Sanga.
BalasHapusLalu tokoh lain yang terlibat ini MOHON disebutkan dunk namanya ... apakah salah satunya adalah WUJUD yang selama ini hanya BAYANG dari potongan cerita Nenek kami.
TERIMA KASIH sebelumnya.
fr. Lilik Artantiani