Dari Peringatan Peristiwa Merah Putih 27 Januari Sanga-Sanga ke 64
Sanga-Sanga yang dikenal sebagai kota penghasil minyak menjadi incaran para penjajah. Ketika masa pendudukan Jepang di Sanga-Sanga berakhir seiring dengan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, tentara kolonial Belanda dengan membonceng NICA datang kembali ke Sanga-Sanga untuk mengeruk kekayaan bumi Sanga-Sanga yang menggiurkan itu.
Kedatangan tentara kolonial Belanda ini bukan tanpa perlawanan di Sanga-Sanga yang sudah pernah merasakan pedihnya hidup di alam penindasan kaum penjajah. Namun, perlengkapan perang yang tidak seimbang membuat Belanda dapat masuk kembali dan menguasai Sanga-Sanga. Namun, perlawanan tidaklah terhenti. Suatu malam dirancanglah acara temantenan, dengan hiburan disana sini. Sedang pada malam itu juga, kaum pejuang membagikan berbagai persenjataaan dan granat untuk melakukan perlawanan secara tiba-tiba pada dini harinya. Serangan para pejuang ini akhirnya berhasil menguasai/menduduki Sanga-Sanga selama lebih kurang 3 hari. Pada tanggal 27 Januari 1947, bahkan Sucipto dan Hasan dengan penuh keberanian menyobek warna biru bendera kolonial, sehingga berkibarlah Merah Putih di Sanga-Sanga.
Peristiwa heroik ini kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Peristiwa Merah Putih 27 Januari Sanga-Sanga. Peringatan peristiwa heroik ke 64 tahun 2011 ini ditandai dengan berbagai kegiatan sebagai berikut:
1. Napak Tilas Perjuangan Sanga-Sanga
Kegiatan Napak Tilas ini lebih kurang menempuh jarak 10 km dan menyusuri situs-situs sejarah perjuangan Sanga-Sanga melawan kolonial Belanda. Titik start Napak Tilas dilakukan di Monumen Perjuangan Sanga-Sanga yang berada di Sanga-Sanga Muara yang merupakan titik pertahanan pertama yang langsung menghadap ke sungai tempat masuknya kapal-kapal perang kolonial Belanda ke wilayah Sanga-Sanga.
Biasanya Napak Tilas dilakukan pada H-1 atau tanggal 26 Januari. Namun, pada peringatan Peristiwa Merah Putih ke 64 tahun 2011, Napak Tilas dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Januari 2011. Pergeseran waktu pelaksanaan ini berdasarkan permintaan dari berbagai kalangan untuk dapat ikut serta. Napak tilas ini dilakukan secara beregu, dengan jumlah anggota 10 orang.
Ada 3 pos yang harus dilalui oleh para peserta Napak Tilas. Di Pos I dan II, para peserta Napak Tilas berhenti di situs perjuangan (tugu pertahanan) dan mendapat penjelasan tentang riwayat perjuangan Sanga-Sanga. Sedangkan di Pos III, para peserta Napak Tilas akan diberi kuisioner yang berisi 10 pertanyaan esai tentang sejarah perjuangan dan seluk beluk Sanga-Sanga.
Para peserta yang mengikuti Napak Tilas ini akan dinilai melalui kerapihan, kekompakan dan kreatifitas regu, serta jawaban atas kuisioner yang diberikan oleh panitia.
2. Tahlilan
Acara keagaamaan Tahlilan, setiap tahunnya dilakukan di Masjid Ma’arif untuk mendoakan para pejuang Sanga-Sanga yang telah mengorbankan harta dan jiwa demi lepas dari cengkeraman tangan kolonial.
Tahlilan diawali dengan Shalat Magrib berjamaah, dan berakhir sampai dengan Shalat Isya.
3. Upacara Renungan Suci
Renungan suci ini dilakukan setiap tahunnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Batuah Sanga-Sanga pada tanggal 26 Januari malam hari pukul 12.00 wita. Bertindak selaku Inspektur Upacara Komandan Kodim 0906 Tenggarong.
Dalam Renungan suci ini, disebutkan bahwa para pahlawan yang terbaring di TMP Batuah Sanga-Sanga berjumlah 76 orang terdiri dari 75 orang anggota militer dan 1 orang warga sipil.
4. Upacara Parade
Puncak peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga adalah dilangsungkannya Upacara Parade pada tanggal 27 Januari. Pada Upacara Parade yang berlangsung pada pukul 09.00 wita ini, Gubernur Kalimantan Timur bertindak sebagai Inspektur Upacara. Lokasinya di lapangan Gelora Pantai Sanga-Sanga.
Para veteran dan janda veteran turut hadir sebagai undangan dalam upacara tersebut.
Pada Peringatan Peristiwa Merah Putih ke 64 ini, Panitia Pelaksana secara khusus menampilkan Opera Perjuangan yang dimainkan oleh Teater Sanga-Sanga dan melibatkan lebih kurang 250 orang pelajar. Opera perjuangan ini menggambarkan bagaimana penderitaan rakyat Sanga-Sanga ketika hidup di bawah penjajahan Belanda maupun Jepang, hingga akhirnya dapat mengibarkan bendera Merah Putih dengan satu nyali, untuk kedaulatan bangsa.
Menariknya setelah Opera Perjuangan berakhir, seorang murid berseragam Sekolah Dasar membacakan surat yang meminta agar Pemerintah Daerah terus memperhatikan pembangunan di Sanga-Sanga.
5. Ziarah
Upacara ziarah dilaksanakan setelah Upacara Parade berakhir. Bertindak sebagai pimpinan Upacara Ziarah adalah Kapolda Kalimantan Timur.
Upacara ziarah ini dilanjutkan dengan tabur bunga di TMP Batuah oleh para undangan termasuk veteran dan keluarga veteran.
6. Ramah-Tamah Bersama Markas Daerah Veteran
Acara ramah tamah ini biasanya digelar di Wisma Ria Sanga-Sanga sebagai bentuk penghormatan atas perjuangan dan jasa-jasa para pejuang rakyat dan veteran.
Silaturahmi pada acara ramah tamah tersebut berlangsung akrab, dimana Ketua Markas Daeah Veteran Kalimantan Timur juga menyampaikan kata sambutan.
7. Pameran Pembangunan
Kegiatan Pameran Pembangunan menjadi salah satu agenda tetap yang menyertai Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga. Tahun ini Pameran Pembangunan mengambil tema menyukseskan program Gerbang Raja (Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera) serta mewujudkan Sanga-Sanga sebagai Kota Wisata Juang.
Pameran Pembangunan Gerbang Raja tahun 2011 ini dibuka langsung oleh Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari pada tanggal 26 Januari dan ditutup oleh Asisten Bidang Kesra dan Humas pada tanggal 31 Januari. Pameran ini diikuti oleh SKPD di lingkungan Pemkab Kutai Kartanegara, Pertamina Sanga-Sanga, dan organisasi masyarakat lainnya.
8. Berbagai Lomba
Semangat kejuangan dalam memperingati Peristiwa Merah Putih ini juga diwujudkan dalam berbagai lomba. Tahun 2011 ini, dilaksanakan lomba perahu ketinting (perahu motor), gerak jalan dan pertandingan olah raga.
Lomba perahu ketinting diikuti oleh 30 peserta yang tidak hanya berasal dari kecamatan Sanga-Sanga, tapi dari kecamatan lainnya seperti Muara Muntai, Kota Bangun dan Muara Badak.
Sedangkan Lomba gerak jalan sendiri diikuti oleh ratusan regu dari tingkat pelajar di wilayah kecamatan Sanga-Sanga.
Kedepan, semangat kejuangan dalam rangka Peringatan Peristiwa Merah Putih 27 Sanga-Sanga ini akan terus digaungkan. Beberapa ide untuk hal ini mulai tercetus. Seperti Napak Tilas Panji/Bendera Sejarah Merah Putih Perjuangan 27 Januari dari Tenggarong-Sanga-Sanga, seminar dan lomba karya tulis tentang Kota Wisata Juang serta Paket wisata kota juang bagi para pelajar.
Upaya-upaya ini akan terus dilakukan agar Peristiwa Merah Putih 27 Januari Sanga-Sanga ini tidak hanya dikenal oleh masyarakat kota juang Sanga-Sanga, tapi menjadi catatan sejarah perjuangan yang dikenal oleh masyarakat Kutai Kartanegara, masyarakat Kalimantan Timur dan bahkan dikenal sebagai bagian dari Sejarah Perjuangan Nasional.
Menengok Wisata Juang Sanga-Sanga
Sanga-Sanga merupakan ibukota Kecamatan Sanga-Sanga, salah satu kecamatan yang terletak di kawasan pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara dan berjarak sekitar 51 km dari ibukota Kabupaten Tenggarong. Selain dikenal sebagai kota penghasil minyak di daerah ini, Sanga-Sanga juga menyimpan sejarah perjuangan mempertahankan Merah Putih yang dikenal dengan Peristiwa Merah Putih 27 Januari.
Peristiwa heroik ini terjadi saat Kolonial Belanda ingin merebut kembali Sanga-Sanga paska kekalahan Jepang pada PD II. Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh para pejuang meski dengan persenjataan yang terbatas. Ketika Belanda akhirnya dapat menguasai kota Sanga-Sanga, para pejuang secara diam-diam tetap melakukan perlawanan.
Dibalik acara rakyat yang digelar pada suatu malam yang membuat Tentara Kolonial terlena, para pejuang justru bergerak membagikan berbagai persenjataan untuk mengadakan perlawanan dini harinya. Dengan penuh keberanian, seorang pejuang berhasil merobek warna biru bendera Kolonial dan membiarkan bendera Merah Putih berkibar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Januari. Meskipun tidak bertahan lama, pendudukukan kota Sanga-Sanga oleh para pejuang ini menggoreskan sejarah perjuangan memperhankan NKRI yang telah merdeka dari tangan penjajah.
Sampai dengan sekarang, peristiwa Merah Putih 27 Januari ini diperingati setiap tahun untuk mengenang perjuangan para pahlawan Sanga-Sanga. Rangkaian peringatan Peristiwa Merah Putih tersebut meliputi:
- Napak Tilas sejauh 10 km, menyusuri situs-situs sejarah perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari pendudukan kolonial
- Kegiatan keagamaan (tahlilan), untuk mendoakan para pejuang yang telah gugur membela Sanga-Sanga dari pendudukan Kolonial
- Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan 'Wadah Batuah' Sanga-Sanga
- Upacara Parade
- Ziarah ke TMP Wadah Batuah
- Ramah tamah dengan Veteran
- Pameran pembangunan dan kerakyatan
Perlawanan yang dilakukan para pejuang Sanga-Sanga kemudian dikenang melalui pembangunan tugu-tugu perjuangan yang menjadi titik-titik cerita sejarah melawan Kolonial Belanda.
1. Batu Pertama Wedana RIS di Sanga-Sanga
2. Tugu 'Kerukunan'
Di belakang tugu ini, dulunya ada kelenteng. Seorang tokoh keturunan Tionghoa, Lom bo ching, konon rajin mengumpulkan para tokoh agama/antar etnis untuk bermusyawarah di tempat ini..
Tugu ini menandai bahwa kerukunan antar etnis sudah terbangun sejak dulu di Sanga-Sanga.
3. Tugu 'Dapur Umum'
Di belakang tugu ini, saat perjuangan melawan kolonial yang ingin menguasai Sanga-Sanga yang memiliki sumber migas, terdapat dapur umum yang besar, yg didisiapkan untuk para pejuang Sanga-Sanga
4. Tugu 'H.Muthalib'
Di areal belakang tugu ini, dulu adalah semacam pondok pesantren dipimpin H. Muthalib. Disamping mengumpulkan pemuda untuk belajar agama, H. Muthalib bersama para pejuang Sanga-Sanga lainnya aktif melakukan perlawanan dengan kolonial Belanda. Diriwayatkan bahwa H. Muthalib rela berkorban, sebagai salah satu tokoh pejuang, agar kolonial Belanda tidak mengejar-ngejar para pejuang Sanga-Sanga lainnya.
5. Tugu 'Bakaran'
Seorang veteran yang juga salah satu pelaku sejarah perjuangan Sanga-Sanga menjelaskan bahwa di tempat ini sebelumnya merupakan Tempat pembuangan akhir. Tapi rupanya ini hanya kamuflase. Karena di tempat inilah para pejuang Sanga-Sanga dihabisi dengan cara ditembak dengan berbagai cara, kemudian dibakar!!! Sungguh sebuah kejahatan perang!!!
6. Tugu Pertahanan
Terdapat 8 Titik Pertahanan yang kesemuanya ditandai dengan sebuah tugu (titik tanda). Para peserta Napak Tilas yang terdiri dari pemuda, pelajar dan organisasi masyarakat selalu melewati tugu-tugu ini dalam Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga.
7. Penjara Sanga-Sanga
Penjara 6 pintu ini, masing-masing ruangannya berukuran sekitar 2 x 2,5 meter dan diisi dengan tahanan puluhan orang yang saling berhimpitan dengan jatah makan yang diberikan sangat terbatas.
8. Monumen Sanga-Sanga
Monumen Perjuangan ini memiliki history sendiri. Disinilah pertahanan pertama yang persis menghadap ke muara sungai melawan tentara kolonial Belanda yang datang dengan kapal-kapal perang dan ingin kembali menguasai Sanga-Sanga setelah sempat dikuasai pendudukan Jepang yang kemudian kalah dalam Perang Dunia II
Relief sejarah perjuangan ini menceritakan perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari Kolonial Belanda.
Relief tokoh pejuang yang mengenakan baju berwarna kuning (kiri tengah) digambarkan sebagai sosok H. Muthalib.
Relief pejuang yang terga...ntung di depan pintu adalah sosok pejuang perempuan Sanga-Sanga bernama Habibah. Diriwayatkan, bahwa Habibah dipaksa membuka mulut untuk memberikan informasi tentang keberadaan tokoh-tokoh pejuang Sanga-Sanga. Namun, dengan nasionalismenya, tokoh pejuang perempuan ini rela tangannya diikat dan digantung daripada memberikan informasi kepada kolonial belanda. Habibah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, dan berwasiat dimakamkan di lingkungan pemakanan keluarga. Nama Habibah diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Sanga-Sanga
Pada relief terdapat pejuang yang memanjat tiang bendera, menyobek warna biru dan mengibarkan kembali Merah Putih di tanah Sanga-Sanga
Selain tugu-tugu diatas yang merupakan titik tanda perjuangan Sanga-Sanga, riwayat perjuangan ini juga ditampilkan di Museum Perjuangan Sanga-Sanga yang diresmikan pada peringatan Peristiwa Merah Putih ke 60 tanggal 27 Januari 2007 oleh Gubernur Kalimantan Timur Yurnalis Ngayoh.
Musium ini diresmikan bertepatan dengan acara ramah tamah dengan para veteran. Didalamnya terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan para penjajah, beberapa peralatan perang yang digunakan, berbagai informasi tentang nama pejuang, gedung dan peralatan yang disita dari penjajah dan foto-foto para tokoh dan pejuang Sanga-Sanga.
Diorama ini menggambarkan, dimana HM Sabran (Ayah dari HM Ardan, mantan Gubernur Kaltim) memimpin rapat mengatur siasat dengan para pejuang. Satu-satunya pejuang wanita yang hadir dalam rapat tersebut adalah Habibah, seorang tokoh pejuang wanita Sanga-Sanga.
Bendera bersejarah ini diserahkan ahli waris La Hasan kepada Gubernur Kaltim pada acara ramah tamah dengan veteran pada Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga ke 60 tanggal 27 Januari 2007.
Saat ini, Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga belum masuk dalam sejarah nasional bangsa. Padahal peristiwa heroik ini merupakan salah satu perjuangan rakyat di daerah dalam menegakkan kembali NKRI dari tangan kolonial. Untuk itu, perlu dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak, agar peristiwa Merah Putih 27 Sanga-Sanga ini dapat menjadi bagian dari sejarah nasional bangsa, dan dikenal/diketahui oleh masyarakat lainnya khususnya di luar Kalimantan Timur.
Peristiwa heroik ini terjadi saat Kolonial Belanda ingin merebut kembali Sanga-Sanga paska kekalahan Jepang pada PD II. Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh para pejuang meski dengan persenjataan yang terbatas. Ketika Belanda akhirnya dapat menguasai kota Sanga-Sanga, para pejuang secara diam-diam tetap melakukan perlawanan.
Dibalik acara rakyat yang digelar pada suatu malam yang membuat Tentara Kolonial terlena, para pejuang justru bergerak membagikan berbagai persenjataan untuk mengadakan perlawanan dini harinya. Dengan penuh keberanian, seorang pejuang berhasil merobek warna biru bendera Kolonial dan membiarkan bendera Merah Putih berkibar. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 27 Januari. Meskipun tidak bertahan lama, pendudukukan kota Sanga-Sanga oleh para pejuang ini menggoreskan sejarah perjuangan memperhankan NKRI yang telah merdeka dari tangan penjajah.
Sampai dengan sekarang, peristiwa Merah Putih 27 Januari ini diperingati setiap tahun untuk mengenang perjuangan para pahlawan Sanga-Sanga. Rangkaian peringatan Peristiwa Merah Putih tersebut meliputi:
- Napak Tilas sejauh 10 km, menyusuri situs-situs sejarah perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari pendudukan kolonial
- Kegiatan keagamaan (tahlilan), untuk mendoakan para pejuang yang telah gugur membela Sanga-Sanga dari pendudukan Kolonial
- Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan 'Wadah Batuah' Sanga-Sanga
- Upacara Parade
- Ziarah ke TMP Wadah Batuah
- Ramah tamah dengan Veteran
- Pameran pembangunan dan kerakyatan
Perlawanan yang dilakukan para pejuang Sanga-Sanga kemudian dikenang melalui pembangunan tugu-tugu perjuangan yang menjadi titik-titik cerita sejarah melawan Kolonial Belanda.
1. Batu Pertama Wedana RIS di Sanga-Sanga
2. Tugu 'Kerukunan'
Di belakang tugu ini, dulunya ada kelenteng. Seorang tokoh keturunan Tionghoa, Lom bo ching, konon rajin mengumpulkan para tokoh agama/antar etnis untuk bermusyawarah di tempat ini..
Tugu ini menandai bahwa kerukunan antar etnis sudah terbangun sejak dulu di Sanga-Sanga.
3. Tugu 'Dapur Umum'
Di belakang tugu ini, saat perjuangan melawan kolonial yang ingin menguasai Sanga-Sanga yang memiliki sumber migas, terdapat dapur umum yang besar, yg didisiapkan untuk para pejuang Sanga-Sanga
4. Tugu 'H.Muthalib'
Di areal belakang tugu ini, dulu adalah semacam pondok pesantren dipimpin H. Muthalib. Disamping mengumpulkan pemuda untuk belajar agama, H. Muthalib bersama para pejuang Sanga-Sanga lainnya aktif melakukan perlawanan dengan kolonial Belanda. Diriwayatkan bahwa H. Muthalib rela berkorban, sebagai salah satu tokoh pejuang, agar kolonial Belanda tidak mengejar-ngejar para pejuang Sanga-Sanga lainnya.
5. Tugu 'Bakaran'
Seorang veteran yang juga salah satu pelaku sejarah perjuangan Sanga-Sanga menjelaskan bahwa di tempat ini sebelumnya merupakan Tempat pembuangan akhir. Tapi rupanya ini hanya kamuflase. Karena di tempat inilah para pejuang Sanga-Sanga dihabisi dengan cara ditembak dengan berbagai cara, kemudian dibakar!!! Sungguh sebuah kejahatan perang!!!
6. Tugu Pertahanan
Terdapat 8 Titik Pertahanan yang kesemuanya ditandai dengan sebuah tugu (titik tanda). Para peserta Napak Tilas yang terdiri dari pemuda, pelajar dan organisasi masyarakat selalu melewati tugu-tugu ini dalam Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga.
7. Penjara Sanga-Sanga
Penjara 6 pintu ini, masing-masing ruangannya berukuran sekitar 2 x 2,5 meter dan diisi dengan tahanan puluhan orang yang saling berhimpitan dengan jatah makan yang diberikan sangat terbatas.
8. Monumen Sanga-Sanga
Monumen Perjuangan ini memiliki history sendiri. Disinilah pertahanan pertama yang persis menghadap ke muara sungai melawan tentara kolonial Belanda yang datang dengan kapal-kapal perang dan ingin kembali menguasai Sanga-Sanga setelah sempat dikuasai pendudukan Jepang yang kemudian kalah dalam Perang Dunia II
Relief sejarah perjuangan ini menceritakan perjuangan mempertahankan Sanga-Sanga dari Kolonial Belanda.
Relief tokoh pejuang yang mengenakan baju berwarna kuning (kiri tengah) digambarkan sebagai sosok H. Muthalib.
Relief pejuang yang terga...ntung di depan pintu adalah sosok pejuang perempuan Sanga-Sanga bernama Habibah. Diriwayatkan, bahwa Habibah dipaksa membuka mulut untuk memberikan informasi tentang keberadaan tokoh-tokoh pejuang Sanga-Sanga. Namun, dengan nasionalismenya, tokoh pejuang perempuan ini rela tangannya diikat dan digantung daripada memberikan informasi kepada kolonial belanda. Habibah meninggal dunia beberapa tahun yang lalu, dan berwasiat dimakamkan di lingkungan pemakanan keluarga. Nama Habibah diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Sanga-Sanga
Pada relief terdapat pejuang yang memanjat tiang bendera, menyobek warna biru dan mengibarkan kembali Merah Putih di tanah Sanga-Sanga
Selain tugu-tugu diatas yang merupakan titik tanda perjuangan Sanga-Sanga, riwayat perjuangan ini juga ditampilkan di Museum Perjuangan Sanga-Sanga yang diresmikan pada peringatan Peristiwa Merah Putih ke 60 tanggal 27 Januari 2007 oleh Gubernur Kalimantan Timur Yurnalis Ngayoh.
Musium ini diresmikan bertepatan dengan acara ramah tamah dengan para veteran. Didalamnya terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan para penjajah, beberapa peralatan perang yang digunakan, berbagai informasi tentang nama pejuang, gedung dan peralatan yang disita dari penjajah dan foto-foto para tokoh dan pejuang Sanga-Sanga.
Diorama ini menggambarkan, dimana HM Sabran (Ayah dari HM Ardan, mantan Gubernur Kaltim) memimpin rapat mengatur siasat dengan para pejuang. Satu-satunya pejuang wanita yang hadir dalam rapat tersebut adalah Habibah, seorang tokoh pejuang wanita Sanga-Sanga.
Bendera bersejarah ini diserahkan ahli waris La Hasan kepada Gubernur Kaltim pada acara ramah tamah dengan veteran pada Peringatan Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga ke 60 tanggal 27 Januari 2007.
Saat ini, Peristiwa Merah Putih Sanga-Sanga belum masuk dalam sejarah nasional bangsa. Padahal peristiwa heroik ini merupakan salah satu perjuangan rakyat di daerah dalam menegakkan kembali NKRI dari tangan kolonial. Untuk itu, perlu dukungan dan kerjasama yang baik dari semua pihak, agar peristiwa Merah Putih 27 Sanga-Sanga ini dapat menjadi bagian dari sejarah nasional bangsa, dan dikenal/diketahui oleh masyarakat lainnya khususnya di luar Kalimantan Timur.
Tentang Kutai Kartanegara (5)
Bagaimana Cara Mencapai Kutai Kartanegara?
Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yang juga dikenal sebagai kotaraja, berjarak sekitar 35 km dari Samarinda, ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Ini akses yang paling mudah dan paling dekat dilalui. Apalagi terdapat semacam jalan by pass konstruksi beton sepanjang 25 km yang langsung menghubungkan Tenggarong-Samarinda dengan pemandangan padi sawah yang sejuk dan perbukitan.
Perjalanan ke Kutai Kartanegara sebenarnya dapat dilakukan melalui 3 titik lainnya. Pertama, melalui bandara Sepinggan atau pelabuhan Semayang di Balikpapan atau penyeberangan ferry Penajam-Balikpapan. Ini pintu masuk yang paling utama dan paling umum, khususnya bagi mereka yang berasal dari luar Kalimantan Timur. Kedua, terdapat jalan propinsi yang menghubungkan Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, dengan titik masuk ke wilayah Kutai Kartanegara melalui kecamatan Muara Kaman (sekitar 2,5 jam dari Tenggarong). Ketiga, juga terdapat jalan propinsi yang menghubungkan Kutai Kartanegara dan Kutai Barat, dengan titik masuk wilayah Kukar di Kecamatan Kota Bangun (sekitar 4 jam dari Tenggarong).
Bandara Sepinggan, yang merupakan salah satu bandara internasional, termasuk bandara yang sibuk. Hampir semua penerbangan dari daerah lain memiliki destinasi ke Sepinggan. Baik sebagai tujuan akhir maupun transit. Sedangkan kapal-kapal penumpang dari jalur Jawa dan Sulawesi juga berlabuh di pelabuhan Semayang Balikpapan. Adapun, penumpang kapal ferry Penajam-Balikpapan, tidak hanya berasal dari Penajam dan Kabupaten Pasir, tapi juga dari Banjarmasin yang terhubung selama lebih kurang 14 jam dari Penajam.
Perjalanan darat dari Balikpapan ke Tenggarong memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Jenis angkutan yang dapat digunakan adalah:
- Taxi bandara, dengan tarif sekitar 250-300 ribu rupiah langsung ke Tenggarong.
- Sewa mobil (tidak jauh dari bandara) sekitar 300-350 ribu rupiah langsung ke Tenggarong
- Bus antar kota (Balikpapan-Samarinda) melalui terminal Batu Ampar Balikpapan sekitar 30.000. Bus akan menurunkan penumpang yang akan ke Tenggarong di simpang tiga Loa Janan. Dari Loa Janan, dengan menggunakan angkot langsung menuju kota Tenggarong. Jarak tempuh Loa Janan-Tenggarong sekitar 30 menit. Untuk diketahui, angkot disini berjenis kendaraan L 300 dan diatasnya bertuliskan Taksi (bukan angkot).
Tenggarong, ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yang juga dikenal sebagai kotaraja, berjarak sekitar 35 km dari Samarinda, ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Ini akses yang paling mudah dan paling dekat dilalui. Apalagi terdapat semacam jalan by pass konstruksi beton sepanjang 25 km yang langsung menghubungkan Tenggarong-Samarinda dengan pemandangan padi sawah yang sejuk dan perbukitan.
Perjalanan ke Kutai Kartanegara sebenarnya dapat dilakukan melalui 3 titik lainnya. Pertama, melalui bandara Sepinggan atau pelabuhan Semayang di Balikpapan atau penyeberangan ferry Penajam-Balikpapan. Ini pintu masuk yang paling utama dan paling umum, khususnya bagi mereka yang berasal dari luar Kalimantan Timur. Kedua, terdapat jalan propinsi yang menghubungkan Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, dengan titik masuk ke wilayah Kutai Kartanegara melalui kecamatan Muara Kaman (sekitar 2,5 jam dari Tenggarong). Ketiga, juga terdapat jalan propinsi yang menghubungkan Kutai Kartanegara dan Kutai Barat, dengan titik masuk wilayah Kukar di Kecamatan Kota Bangun (sekitar 4 jam dari Tenggarong).
Bandara Sepinggan, yang merupakan salah satu bandara internasional, termasuk bandara yang sibuk. Hampir semua penerbangan dari daerah lain memiliki destinasi ke Sepinggan. Baik sebagai tujuan akhir maupun transit. Sedangkan kapal-kapal penumpang dari jalur Jawa dan Sulawesi juga berlabuh di pelabuhan Semayang Balikpapan. Adapun, penumpang kapal ferry Penajam-Balikpapan, tidak hanya berasal dari Penajam dan Kabupaten Pasir, tapi juga dari Banjarmasin yang terhubung selama lebih kurang 14 jam dari Penajam.
Perjalanan darat dari Balikpapan ke Tenggarong memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Jenis angkutan yang dapat digunakan adalah:
- Taxi bandara, dengan tarif sekitar 250-300 ribu rupiah langsung ke Tenggarong.
- Sewa mobil (tidak jauh dari bandara) sekitar 300-350 ribu rupiah langsung ke Tenggarong
- Bus antar kota (Balikpapan-Samarinda) melalui terminal Batu Ampar Balikpapan sekitar 30.000. Bus akan menurunkan penumpang yang akan ke Tenggarong di simpang tiga Loa Janan. Dari Loa Janan, dengan menggunakan angkot langsung menuju kota Tenggarong. Jarak tempuh Loa Janan-Tenggarong sekitar 30 menit. Untuk diketahui, angkot disini berjenis kendaraan L 300 dan diatasnya bertuliskan Taksi (bukan angkot).
Tentang Kutai Kartanegara (4)
Gerbang Raja
Setelah beberapa kali dipimpin oleh Penjabat Bupati, sejak 30 Juni 2010 lalu Kutai Kartanegara resmi dipimpin oleh Rita Widyasari S.Sos MM dan H.M. Gufron Yusuf SH, MM yang mengantongi 54 % suara pada Pemilukada 1 Mei 2010 dan mengungguli 5 pasangan calon lainnya. Rita merupakan Bupati Perempuan pertama di Kutai Kartanegara juga di Kalimantan.
Program Gerbang Raja, yakni Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera yang diusung oleh Rita dan Gufron kemudian dituangkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah melalui sidang paripurna DPRD 27 Desember 2010 lalu.
Secara ringkas, visi gerbang raja mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sedangkan misinya meliputi 7 pencapaian yakni: good governance, peningkatan SDM, penciptaan lapangan kerja, peningkatan agribisnis, industri dan pariwisata, pemerataan infrastruktur, pembangunan berwawasan lingkungan dan peningkatan peran dan partisipasi perempuan.
Secara umum program Gerbang Raja disusun dengan lebih mempertajam dan mengarahkan prioritas pembangunan yang sudah ada pada pemerintahan sebelumnya. Namun, terdapat misi baru yang belum ditegaskan oleh pemerintahan sebelumnya, yakni penciptaan lapangan kerja dan pembangunan berwawasan lingkungan. Sedangkan yang khas, peningkatan peran dan partisipasi perempuan ditempatkan sebagai salah satu misi yang harus dicapai. Bisa dikatakan pemberdayaan perempuan dalam pemerintahan Gerbang Raja ini bukan hanya sekedar keinginan, atau sekedar bagian dari capaian pembangunan daerah melalui sebuah program yang umum sifatnya. Tapi pemberdayaan perempuan menjadi salah satu sasaran independen yang harus dicapai.
Yang menarik, Bupati Kutai Kartanegara mengalokasikan 2 % APBD khusus untuk pemberdayaan perempuan melalui SKPD terkait, yakni Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Kesehatan.
Setelah beberapa kali dipimpin oleh Penjabat Bupati, sejak 30 Juni 2010 lalu Kutai Kartanegara resmi dipimpin oleh Rita Widyasari S.Sos MM dan H.M. Gufron Yusuf SH, MM yang mengantongi 54 % suara pada Pemilukada 1 Mei 2010 dan mengungguli 5 pasangan calon lainnya. Rita merupakan Bupati Perempuan pertama di Kutai Kartanegara juga di Kalimantan.
Program Gerbang Raja, yakni Gerakan Pembangunan Rakyat Sejahtera yang diusung oleh Rita dan Gufron kemudian dituangkan menjadi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah melalui sidang paripurna DPRD 27 Desember 2010 lalu.
Secara ringkas, visi gerbang raja mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan. Sedangkan misinya meliputi 7 pencapaian yakni: good governance, peningkatan SDM, penciptaan lapangan kerja, peningkatan agribisnis, industri dan pariwisata, pemerataan infrastruktur, pembangunan berwawasan lingkungan dan peningkatan peran dan partisipasi perempuan.
Secara umum program Gerbang Raja disusun dengan lebih mempertajam dan mengarahkan prioritas pembangunan yang sudah ada pada pemerintahan sebelumnya. Namun, terdapat misi baru yang belum ditegaskan oleh pemerintahan sebelumnya, yakni penciptaan lapangan kerja dan pembangunan berwawasan lingkungan. Sedangkan yang khas, peningkatan peran dan partisipasi perempuan ditempatkan sebagai salah satu misi yang harus dicapai. Bisa dikatakan pemberdayaan perempuan dalam pemerintahan Gerbang Raja ini bukan hanya sekedar keinginan, atau sekedar bagian dari capaian pembangunan daerah melalui sebuah program yang umum sifatnya. Tapi pemberdayaan perempuan menjadi salah satu sasaran independen yang harus dicapai.
Yang menarik, Bupati Kutai Kartanegara mengalokasikan 2 % APBD khusus untuk pemberdayaan perempuan melalui SKPD terkait, yakni Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Kesehatan.
Tentang Kutai Kartanegara (3)
Demografi dan Pengentasan Kemiskinan
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kutai Kartanegara mencapai 626.286 jiwa. Jumlah ini menempati urutan ketiga untuk tingkat Propinsi Kalimantan Timur setelah Kota Samarinda dan Balikpapan. Dibandingkan dengan wilayah yang sangat luas, kepadatan penduduk hanya sebesar 23 orang/km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,92 %.
Dari jumlah penduduk tersebut, angka penduduk miskin pada Tahun 2009 sebesar 8,03 % atau berada di posisi keenam untuk Propinsi Kaltim. Untuk menekan angka kemiskinan ini Pemerintah Kabupaten menggencarkan gerakan pengentasan kemiskinan melalui berbagai cara. Diantaranya, mulai tahun 2011, kegiatan ’bedah rumah’ dan pengembangan usaha akan digalakkan untuk penduduk miskin.
Berikutnya, meningkatkan peran perempuan dalam berusaha dan kelompok usaha melalui bantuan modal usaha. Pemerintah Kabupaten secara khusus mengalokasikan 2 % APBD untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi perempuan melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Kesehatan. Selain itu, penyertaan modal terhadap salah satu bank pemerintah dilakukan dengan maksud memberi kemudahan (sebagai jaminan) kepada kelompok usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya melalui pinjaman modal usaha. Demikian pula dengan upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Tim Penanggulangan Kemiskinan, seperti verifikasi data penduduk miskin, dan pengarahan program SKPD untuk kelompok masyarakat miskin.
Salah satu kendala Tim Penanggulangan Kemiskinan dalam melakukan verifikasi data penduduk miskin adalah kurang klopnya kriteria penduduk miskin dengan kondisi riil di lapangan. Misalnya saja, masyarakat yang hidup di wilayah hulu, umumnya tiap KK menggunakan MCK (tradisional) sendiri berupa jamban di sungai, sehingga kriteria MCK keluarga belum terpenuhi. Padahal kehidupan ekonomi mereka dapat dikategorikan bukan penduduk miskin.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kutai Kartanegara mencapai 626.286 jiwa. Jumlah ini menempati urutan ketiga untuk tingkat Propinsi Kalimantan Timur setelah Kota Samarinda dan Balikpapan. Dibandingkan dengan wilayah yang sangat luas, kepadatan penduduk hanya sebesar 23 orang/km2. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,92 %.
Dari jumlah penduduk tersebut, angka penduduk miskin pada Tahun 2009 sebesar 8,03 % atau berada di posisi keenam untuk Propinsi Kaltim. Untuk menekan angka kemiskinan ini Pemerintah Kabupaten menggencarkan gerakan pengentasan kemiskinan melalui berbagai cara. Diantaranya, mulai tahun 2011, kegiatan ’bedah rumah’ dan pengembangan usaha akan digalakkan untuk penduduk miskin.
Berikutnya, meningkatkan peran perempuan dalam berusaha dan kelompok usaha melalui bantuan modal usaha. Pemerintah Kabupaten secara khusus mengalokasikan 2 % APBD untuk peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan bagi perempuan melalui Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Kesehatan. Selain itu, penyertaan modal terhadap salah satu bank pemerintah dilakukan dengan maksud memberi kemudahan (sebagai jaminan) kepada kelompok usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya melalui pinjaman modal usaha. Demikian pula dengan upaya-upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh Tim Penanggulangan Kemiskinan, seperti verifikasi data penduduk miskin, dan pengarahan program SKPD untuk kelompok masyarakat miskin.
Salah satu kendala Tim Penanggulangan Kemiskinan dalam melakukan verifikasi data penduduk miskin adalah kurang klopnya kriteria penduduk miskin dengan kondisi riil di lapangan. Misalnya saja, masyarakat yang hidup di wilayah hulu, umumnya tiap KK menggunakan MCK (tradisional) sendiri berupa jamban di sungai, sehingga kriteria MCK keluarga belum terpenuhi. Padahal kehidupan ekonomi mereka dapat dikategorikan bukan penduduk miskin.
Tentang Kutai Kartanegara (2)
Ragam Potensi Daerah
Dengan luas wilayah 27.263,10 km2 dan luas perairan 4.097 km2, Kutai Kartanegara merupakan salah satu kabupaten terluas di negeri ini. Meliputi 18 kecamatan dengan 228 Desa, secara geografis daerah ini terbagi dalam tiga zona. Pertama, 5 kecamatan berada di jalur sungai mahakam atau sering disebut wilayah hulu, yakni Tabang, Kembang Janggut, Kenohan, Muara Wis dan Muara Muntai. Kedua, 6 kecamatan terletak di daerah pesisir, yakni Muara Badak, Marangkayu, Anggana, Sanga-Sanga, Samboja dan Muara Jawa. Ketiga, 7 kecamatan berada di zona tengah, yaitu Tenggarong, Tenggarong Seberang Loa Kulu, Loa Janan, Sebulu, Muara Kaman, dan Kota Bangun.
Kondisi geografis yang demikian itu menjadikan daerah ini memiliki ragam potensi daerah. Mulai dari sumber daya minyak dan gas bumi (migas), pertambangan, pertanian dalam arti luas (termasuk perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan), hingga pariwisata.
Secara ringkas, potensi daerah Kutai Kartanegara disarikan dalam tabel berikut menurut kecamatan:
No. | Kecamatan | Jenis Potensi Daerah | |||||||
M | T | P | B | N | I | K | W | ||
1. | Tabang | - | √ | √ | √ | √√ | √ | √√√ | √√√ |
2. | Kembang Janggut | - | - | √ | √√√ | √√ | √ | √√ | √ |
3. | Kenohan | - | - | √ | √ | √ | √√√ | √√ | √√ |
4. | Muara Wis | - | - | √ | √ | √√√ | √√√ | √ | √√ |
5. | Muara Muntai | - | √ | √ | √√√ | √√√ | √√√ | √ | √ |
6. | Muara Badak | √√√ | √ | √ | √√ | √√√ | √√√ | √√ | √√ |
7. | Marang kayu | √√√ | √ | √√√ | √ | √√√ | √√√ | √√ | √ |
8. | Anggana | √√√ | √√ | √√√ | √ | √√√ | √√√ | √√ | √√√ |
9. | Sanga-Sanga | √√ | √√ | √ | √ | √√ | √√ | √ | √√√ |
10. | Samboja | √√ | √√√ | √√√ | √ | √√√ | √√√ | √√ | √√√ |
11. | Muara Jawa | √√√ | √√ | √√ | √ | √√√ | √√√ | √ | √ |
12. | Tenggarong | - | √√√ | √√√ | √ | √√√ | √√ | √ | √√√ |
13. | Tenggarong Seberang | - | √√√ | √√√ | √ | √√√ | √√√ | √ | √√ |
14. | Loa Kulu | - | √√√ | √√√ | √ | √√√ | √√√ | √ | √√ |
15. | Loa Janan | - | √√ | √√ | √ | √√√ | √√√ | √ | √ |
16. | Sebulu | - | √√√ | √√√ | √√√ | √√√ | √√ | √√ | √√ |
17. | Muara Kaman | - | √√ | √√√ | √√√ | √√√ | √√√ | √ | √√√ |
18. | Kota Bangun | - | √√ | √√√ | √√√ | √√√ | √√√ | √ | √√√ |
Keterangan:
√ = Sedang √√ = Cukup Tinggi √√√ = Sangat Tinggi
M (Migas)
T (Tambang/Mineral): Batubara, batu granit, batu gamping, batu gunung, tanah lempung
P (Pertanian): didominasi padi sawah, sisanya tanaman palawija
B (Perkebunan): didominasi kelapa sawit, sisanya karet, kenaf, lada, pala, vanili, kopi, cengkeh
N (Peternakan): dikembangkan berdasarkan zona wilayah geografis. Wilayah hulu: kerbau rawa, zona tengah: ayam dan unggas dan zona pesisir: ternak sapi
I (Perikanan): berbagai ikan air tawar seperti betutu (komoditas ekspor), nila, mas, patin, baong, puyu,gabus, toman dan udang galah terdapat di wilayah hulu dan tengah, sedangkan udang tambak (komoditas ekspor) dan kepiting dan jenis ikan laut di wilayah pesisir.
K (Kehutanan)
K (Kehutanan)
W (Pariwisata): wisata budaya (Tenggarong, Anggana, Tabang, Sebulu, Loa Kulu, Muara Badak), wisata sejarah (Muara Kaman, Sanga-Sanga) wisata pendidikan (Tenggarong, Sanga-Sanga), dan wisata alam (Samboja, Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarong Seberang). Potensi Pariwisata di wilayah kecamatan lainnya belum dikembangkan.
Masih terbatasnya infrastruktur penghubung di beberapa wilayah kecamatan, khususnya di jalur perairan sungai Mahakam, menjadi kendala geografis untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Karena itu penyediaan fasilitas infrastruktur jalan merupakan salah satu prioritas dalam pemerintahan Gerbang Raja. Disamping itu, upaya-upaya untuk menggaet investor terus dilakukan untuk pengelolaan sumber daya alam tersebut sekaligus menghidupkan perekonomian masyarakat setempat.
Langganan:
Postingan (Atom)